Penulisan & transkripsi | Periklanan digital | Kursus digital marketing 082261742202
Perang Jawa: Warisan Abadi Diponegoro dalam Merevolusi Identitas Bangsa
Perang Jawa (1825-1830) merupakan peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. Sejarawan Peter Carey berusaha menggali akar penyebab konflik yang dipicu oleh berbagai faktor, termasuk ketegangan etnis, kebijakan kolonial Belanda, dan kondisi sosial-ekonomi yang
10/28/20243 min baca
Perang Jawa (1825-1830) merupakan peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. Sejarawan Peter Carey berusaha menggali akar penyebab konflik yang dipicu oleh berbagai faktor, termasuk ketegangan etnis, kebijakan kolonial Belanda, dan kondisi sosial-ekonomi yang menekan masyarakat.
Dalam Podcast Endgame (28/9/2024) yang dipandu oleh Host Gita Wirjawan, Peter Carey menjelaskan bahwa Perang Jawa, yang terjadi pada awal abad ke-19, merupakan cerminan dari berbagai ketidakpuasan yang mengemuka di masyarakat. Terdapat kesenjangan sosial yang tajam antara orang-orang lokal dan pendatang dari Tiongkok yang diundang oleh Belanda untuk menjadi ujung tombak kebijakan fiskal baru.
Kebijakan pajak yang sangat membebani rakyat, membuat kehidupan di pedesaan Jawa, khususnya di Jawa Tengah dan Selatan, menjadi sangat sulit. Masyarakat harus membayar pajak dalam bentuk uang perak, yang semakin menambah beban mereka, terutama ketika terjadi kegagalan panen dan wabah kolera pertama pada tahun 1821.
Perang ini tidak hanya dipicu oleh tekanan ekonomi, tetapi juga oleh penghinaan yang dirasakan oleh masyarakat Jawa. Carey menggarisbawahi bahwa banyak orang merasa martabat mereka terancam dan dilecehkan oleh tindakan para pejabat Belanda. Ketidakadilan ini menyebabkan reaksi yang kuat dari rakyat, yang pada akhirnya berujung pada perlawanan yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro.
Gita Wirjawan dan Carey juga membahas strategi yang digunakan oleh Diponegoro dalam perjuangannya. Dia tidak hanya berjuang dengan senjata, tetapi juga dengan membangun narasi yang kuat tentang identitas dan martabat rakyat Jawa. Dalam konteks ini, Perang Jawa dapat dipandang sebagai perjuangan untuk mendapatkan kembali rasa hormat dan martabat yang telah direnggut.
Perang Jawa berlangsung selama lima tahun, dan meskipun pada akhirnya Diponegoro mengalami kekalahan, warisannya tetap hidup. Carey menekankan bahwa meski secara militer Diponegoro kalah, dia berhasil meninggalkan jejak yang mendalam dalam sejarah Indonesia. Karyanya, Babad Diponegoro, bukan hanya sekadar catatan sejarah, tetapi juga merupakan upaya untuk mendidik generasi mendatang tentang identitas dan nilai-nilai budaya mereka.
Carey menekankan bahwa Perang Jawa adalah contoh dari paradoks sejarah: meskipun mengalami kekalahan, perjuangan Diponegoro dan rakyat Jawa telah menjadi simbol perlawanan yang menginspirasi, dan peristiwa ini tetap relevan dalam diskusi tentang identitas dan perjuangan keadilan di Indonesia saat ini.
Revolusi Belanda, Inggris dan Amerika
Dalam diskusi yang mendalam, Gita Wirjawan dan Peter Carey membahas superioritas pengetahuan dan teknologi peradaban Timur, dengan menyoroti revolusi yang mengubah dunia, yang sering kali tidak didominasi oleh narasi Barat. Carey mengidentifikasi tiga revolusi penting yang terkait dengan negara-negara Barat: Belanda, Inggris, dan Amerika, yang masing-masing membawa inovasi dalam pemerintahan, industri, dan kebudayaan.
Carey mencatat bahwa Belanda mempelopori konsep governance yang mendasar dalam administrasi pemerintahan, perbankan, dan jasa keuangan. Melalui tata kelola yang efektif, Belanda mampu menciptakan sistem yang tidak hanya efisien tetapi juga berfungsi sebagai model bagi negara-negara lain. Ini menjadi dasar bagi revolusi sosial dan ekonomi yang kemudian menyebar ke berbagai belahan dunia.
Revolusi industri yang dipimpin oleh Inggris membawa perubahan signifikan dalam cara produksi dan kehidupan sehari-hari. Namun, Carey mengingatkan bahwa meskipun inovasi tersebut sangat berpengaruh di Barat, penting untuk tidak melupakan peran Tiongkok dan India yang pada abad ke-19 memiliki porsi ekonomi yang signifikan. Meskipun kedua negara tersebut dianggap kurang inovatif dalam konteks ini, Carey mempertanyakan narasi yang mengabaikan kontribusi mereka terhadap perkembangan global.
Dalam konteks abad ke-20 dan 21, Amerika Serikat muncul sebagai pusat inovasi dan budaya, mempengaruhi banyak aspek kehidupan di seluruh dunia. Namun, Carey mencatat, perlu diingat bahwa kontribusi Asia, terutama Tiongkok dan India, sering kali diabaikan dalam cerita-cerita ini.
Perang Jawa: Menggali Jejak Revolusi yang Terlupakan
Pentingnya tokoh seperti Diponegoro dalam konteks ini tidak bisa diremehkan. Dalam penulisannya, Diponegoro menunjukkan kemampuan luar biasa untuk beradaptasi dan berevolusi dalam menghadapi tantangan. Selama masa pengasingan, ia tidak hanya mencatat sejarahnya tetapi juga memberikan pendidikan spiritual kepada murid-muridnya di Makassar. Karya-karya yang ditinggalkannya menjadi bukti bahwa ia adalah sosok yang mampu menginspirasi dan mengajarkan nilai-nilai moral kepada generasi berikutnya.
Carey menyimpulkan bahwa penting untuk mengemas pengetahuan dan kearifan yang diperoleh dari sejarah menjadi lebih mudah diakses, mungkin dalam bentuk film atau media lain, agar dapat menjadi pelajaran berharga bagi banyak orang. Karya Diponegoro dan pemikirannya seharusnya diakui sebagai bagian penting dari warisan global yang memperkaya peradaban manusia.
Melalui diskusi ini, terlihat bahwa pemahaman yang lebih dalam tentang sejarah dan kontribusi peradaban Timur dapat memberikan perspektif baru tentang inovasi dan perkembangan global yang sering kali dikuasai oleh narasi Barat.
Address
Bekasi Selatan &
Jakarta Timur
Contacts
082261742202
podskrip@gmail.com