Penulisan & transkripsi | Periklanan digital | Kursus digital marketing 082261742202

Podcast #closethedoor Edisi Menhan Prabowo #part3 Soal Mafia Anggaran Menhan

Kata kunci: anggaran pertahanan, 1.700 triliun, Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan, calon presiden 2024, master plan, pertahanan Indonesia, perang rakyat semesta, pendekatan defensif, mafia alutsista, transparansi kontrak, korupsi, pengadaan alutsista, Kejaksaan, BPKP, BPK, elite optimis, konflik Timor-Timur, kesiapsiagaan, kebocoran informasi, kekuatan asing. Podcast, 13 Juni 2021. Font Deddy Corbuzier dicetak miring italic.

6/12/20246 min baca

Anggaran Pertahanan 1.700 Triliun

Sebelumnya part 2

Lah, ini dilema banget, ya. Nah, dalam keadaan begini, masalah pertahanan jadi heboh beberapa hari ini, beberapa minggu ini, seperti yang terlihat. Heboh, ya kan? Benar nggak? Heboh. Nah, permasalahannya ada yang bilang, "Oh, Prabowo ingin bikin anggaran 1.700 triliun."

Ini maaf, saya potong boleh Pak ya? Boleh, boleh, boleh. 1.700 triliun itu kecil banget loh Pak.

Ah, justru itu kan. Buat saya, begini. Dibuatlah, ya, anggaran 1.700 triliun. Itu pun belum disetujui. Masih dalam pembahasan. Benar nggak? Kan ini kan negara, yang tidak mudah. Negara punya prosesnya, punya prosedurnya, punya sistemnya, punya tata cara, tata kelola.

Jadi kita, yang teknis, menteri di bidang pertahanan, diwajibkan menyusun rencana pertahanan. Nah, anggarannya berapa, saya ajukan. Benar nggak? Presiden setuju atau tidak. Tapi, presiden pasti bisa, pasti minta saran. Bagaimana dengan Menteri Keuangan? Bagaimana...

Oh, oh ya, saya mengerti maksudnya tidak bisa dari Pak Prabowo sendiri tiba-tiba langsung keluar duitnya kan? Gak ada itu.

Bagaimana dengan Menteri BAPENAS? Bagaimana perencanaan nasional? Kan begitu. Nanti ditanya lagi menteri-menteri lain, begitu kan. Masalahnya begini Pak, kalau 1700 triliun... Itu belum disetujui. Masih... Ya... Ya... Nah, kalau 1700 triliun itu Pak, buat Indonesia itu rencananya 25 tahun, Pak.

Rencananya 25 tahun? Amerika itu bukannya 10 ribu triliun setahun.

Wah, mereka 600 miliar dolar setahun.

Artinya 10.000 triliun. Artinya kalau kita perang sama mereka, nggak akan menang juga.

Tapi begini, begini. Kalau kita kan tidak niat untuk invasi siapapun. Bangsa Indonesia tidak ada niat untuk invasi keluar. Itu yang saya tegaskan di mana-mana. Dan itu sebetulnya yang disukai oleh tetangga-tetangga kita. Tradisi dan doktrin Indonesia adalah defensif.

Kita akan membela diri kalau kita diserang. Kita akan mempertahankan kemerdekaan kalau kita mau dijajah kembali. Tapi kita tidak mau menjajah dan menyerah.

Gimana gimana caranya, Pak, mau bela diri kalau alat-alat kita ketinggalan sama Amerika? Kalau dijajah ya kita selesai, Pak. Tetap. Tetap. Ya dong.

Begini. Kita punya senjata yang ampuh. Apa itu, Pak? Senjata. Senjata itu adalah perlawanan rakyat. Senjata kita adalah perang rakyat semesta. Jadi sebetulnya pertahanan Indonesia adalah pertahanan seluruh rakyat Indonesia. Itu yang bikin kapok. Zaman perjajahan dulu, begitu mereka menghitung kita. Begitu mereka menghitung. Ya ya bambu runcing lah, katapult kalau perlu, panah, sumpit. Batu-batu deh. Benar. Benar. Itu sebetulnya. Dan. Dan. Benar benar ya? Itu itu sebetulnya. Dan rasa kebangsaan kita masih luar biasa.

Dan sebetulnya begini, kita lihat dalam banyak contoh, dalam perang Vietnam. Perang Vietnam? Amerika juga nggak menang. Iya, Amerika juga. Iya iya bener. Menang cuma di film. Ya kalau kita nonton Rambo ya mereka menang. Iya, iya, kalau nonton Rambo mereka menang. Vietnam. Kita lihat lagi yang terakhir ini di Afghanistan. Abis itu di Irak. Ya kan? Kita kita lihat di mana-mana. Jadi kita juga tidak boleh rendah diri. Tidak. Nah, tapi benar Mas Dedy, kita tidak bisa santai.

Nah nah ini ada beberapa. Beberapa. Beberapa. Oknum, elit ya terutama, yang menurut saya, saya nggak ngerti. Mungkin Mungkin kurang apa ya? Kurang baca, kurang cerdas, atau apa. Asupan. Asupan protein. Kurang protein ya? Nggak. Nggak. Kelebihan kali. Gua heran juga tuh. Bener nggak? Ada yang bilang, bener nggak? Ada yang bilang gitu. Dan menyakinkan pimpinan bahwa Indonesia dalam 40 tahun akan datang tidak akan ada perang. Ya makanya. Bener nggak? Lo bisa baca 40 tahun ke depan. Mungkin Mungkin lu bisa. Nggak sampe kesana.

Gimana. Gimana gimana. Gak bisa, Pak. Kalau kalau sampai segitu, Pak. Kelamaan, Pak. Kelamaan. Ada yang gitu. Ada ada gitu? Sakti. Sakti 40 tahun tidak akan perang. Nah, saya berbeda pendapat. Ya kan?

Saya berbeda pendapat. Karena dulu waktu saya mau jadi letnan, ya kan? Saya besoknya mau dilantik. Saya masih taruna besok mau dilantik. Ada jenderal dari Jakarta datang ke Magelang. Dia kasih ceramah ke kita, ke calon-calon perwira yang besok mau dilantik. Dia bilang, para calon perwira sekalian, dalam analisa kami, Indonesia tidak akan perang dalam 25 tahun yang akan datang. Karena itulah para Taruna sekarang lebih baik belajar, Belajar sospol, belajar ini dan itu. Bener Bener nggak? Kita dwi fungsi. Pokoknya nggak akan ada perang. Itu saya ingat Desember tahun 1974.

Ternyata Desember 1975 pecah Timor-Timur. Ternyata terpecah Timor-Timur. Dan saya waktu itu baru lulus, saya latihan kecabangan dasar, latihan para, latihan komando, Akhirnya bulan Maret 76 saya tiba di Tim-Tim. Kemudian masuk kita, saya lihat terjadi reuni Mas Dedy. Reuni sekian angkatan, kita kumpul semua ya di tim-tim. Berarti kan perangnya besar itu. Iya Iya betul. Bener nggak? Belum satu tahun. Ramalan jenderal itu tidak benar. Begitu perang mau ngapain ya? Jadi kondisinya seperti itu. Kita Kita tidak bisa tahu apa yang terjadi. Makanya harus siap.

Mafia Alusista

Tapi sejujurnya, ini benar-benar membuat hati galau, ya. Nah, dalam situasi seperti ini, masalah pertahanan menjadi pembicaraan hangat beberapa hari ini, beberapa minggu ini, begitu deh. Ramainya, kan? Benar nggak? Ramainya. Nah, masalahnya, ada yang bilang, "Oh, Alusista ini katanya korupsi, ada mafia-mafia, ada macam-macam, ada Mr. M, M, Mr. ABCDEF, GHI, JKL yang bertebaran kemana-mana. Ini yang jadi bahan gosip, Pak, akhirnya Pak sebenarnya seperti apa?

Ya, jadi begini. Kejadian ini tuh merata di mana-mana. Dan itulah yang mau kita bersihkan sekarang. Itulah yang saya ingin benahi sekarang. Saya mendapat perintah dari presiden, mandat, perintah, dan sekarang saya sedang bekerja keras. Jadi mari kita minimalisir kemungkinan-kemungkinan yang kurang benar.

Tapi masuk akal, maksudnya begini Pak, kan nggak bisa kita tutup mata. Maksudnya... Maksudnya dalam pemerintahan pasti ada korupsinya, ada ini, ada mafianya. Memang seharusnya ada dong, Pak, sebenarnya hal-hal seperti itu kan Bapak juga tahu kan?

Ya pasti ada lah. Itu yang saya bilang, kita mau bersihkan, kita mau minimalisir. Caranya gimana? Ya, kita susun suatu sistem. Sistemnya apa? Jadi sekarang saya banyak yang saya lakukan, saya negosiasi langsung dengan produsen. Sehingga saya ingin tahu harga sebenarnya itu berapa. Ya kan? Harga kalau kita mau beli alat ini harganya sebenarnya berapa. Itu satu.

Nah, untuk menjaga supaya kita nggak tergoda untuk terlibat dalam hal itu, saya rencananya, dan sekarang kita sudah mencoba, saya rencananya mengundang kejaksaan, BPKP, dan BPK untuk memeriksa semua kontrak kita sebelum kontrak itu berlaku. Jadi kontrak itu ada beberapa tahap. Ada kontrak awal, setelah itu ada kondisi-kondisi yang harus dipenuhi, kondisi keuangan, kondisi ini, kondisi itu. Sampai pada akhirnya kontrak itu efektif. Dalam perjalanan ini, saya akan minta kejaksaan, BPKP, dan BPK datang.

Artinya Pak Prabowo juga nggak menutup mata, dan juga nggak bilang tidak mungkin hal itu terjadi ya. Bisa terjadi.

Pasti dong. Semua, namanya semua anggaran pemerintah itu kan potensi untuk mark up dan sebagainya. Kita sudah tahu lah, kita kan sudah lama jadi orang Indonesia, Pak. Iya kan? Sudah lama jadi orang Indonesia kan?

Iya, biasa aja gitu. Bener. Jadi.. Iya kan? Iya, bener. Bener-bener. Nggak usah munafik lah ya. Nggak usah munafik. Nggak usah munafik. Iya, iya, bener.

Yang penting bagi saya kalau yang sudah berlebihan. Iya kan? Barang, katakanlah X harganya. Kemudian mark-up sampai 600%. Wah itu. Itu yang harus dihapuskan. Boleh nggak? Saya bilang, maaf. Banyak orang, mungkin banyak orang tidak suka sama saya. Saya nggak mau tanda tangan.

Ya saya tidak akan loloskan. Saya nggak mau. Saya bilang, saya lapor ke Presiden, Pak. Saya nggak mau, Pak. Nanti kan itu kan tanggung jawab saya kepada Bapak Presiden. Rakyat Indonesia, bangsa dan sejarah. Bener bener nggak? Takut saya. Bener bener nggak? Saya takut dikutuk oleh generasi yang.. Iya kan? Bener nggak? Bener nggak? Gue nggak mau deh. Kalau sudah berlebihan, gue.. Pokoknya.. Pokoknya..

Kalau wajar ya udah lah ya. Namanya juga bisnis ya, Pak ya. Iya dong? Iya. Iya. Si.. Si siapa? Si produsen dan dia punya agen, dia harus ada untung. Tapi untungnya masuk akal.

Tapi.. Tapi jangan berlebihan. Jangan berlebihan. Pak, ini tuh sebenarnya yang diperdebatkan kemarin, misalnya 1.700 triliun dan sebagainya, itu sebenarnya permintaan Pak Prabowo atau permintaan Pak Jokowi sih untuk masalah memperbarui alat-alat ini, Pak?

Oh, jadi begini. Waktu saya baru dilantik, kurang lebih 10 hari, 2 minggu setelah itu di istana, saya kebetulan diundang. Beliau panggil saya, beliau bilang, Saya ingin suatu master plan. Saya ingin suatu grand design. Saya minta 25 tahun. 15-25 tahun. Jangan istilahnya 1 tahun. Saya minta utuh. Apa yang kita butuh? Utuh. Utuh. Rencanakan. Itu petunjuk beliau kan. Saya jalankan. Pertama saya pelajari keadaan, situasi, kondisi, dsb. Kemudian saya merancang. Merancang. Dan butuh waktu terutama terjadi pandemi. Terjadi pandemi.. Kita konsentrasi kepada itu. Mengatasi itu dulu. Jadi alhamdulillah cukup lama sebetulnya. Beliau menunggu-nunggu.

Ini artinya sempat ditunda ga sih Pak? Karena kan ketika terjadi pandemi, uang harus..

Iya memang tertunda. Sebagian tertunda. Jadi inilah yang kita susun, kita bikin rencana. Sesuai petunjuk beliau, master plan. Saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, rencana induk. Kan begitu. Ini baru kita eksekusi kan. Kita hitung-hitung.

Ya itulah di Indonesia yang saya sangat prihatin yang tadi itu. Ada pribadi-pribadi mungkin yang tadi ya, mengutamakan kepentingan pribadi, kemudian bisa istilahnya hal-hal yang harusnya rahasia dikeluarkan. Padahal belum ada keputusan. Belum ada keputusan kan juga. Jadi belum jadi tapi udah dulu ributin gitu istilahnya. Nah ini kan, ini kadang-kadang kita sadar atau tidak sadar kan ini justru dimanfaatkan oleh kekuatan-kekuatan asing.

lanjut part 4